Senin, 04 Oktober 2010

Tak Sekedar Mengamini Tanah Surga(1)



“Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”(Kolam Susu- Koes Plus)

 “…..Pulau melati pujaan bangsa sejak dulu kala.”(Rayuan Pulau Kelapa-Ismail Marzuki)
Unsur rasa dalam lagu tentang kekaguman akan alam sekitarnya, tentunya di negeri ini, Nusantara ,sangat tersirat jelas. Koes Plus memuji tanahnya(tentunya tanah kita, Indonesia) sebagai surga. Sedangkan Bapak Ismail Marzuki yang menamakan nusa ini  sebagai ‘Pulau Melati’, kepulauan yang bisa diartikan sangat harum, dan keharumannya menyebar pada sekitar. Jika kedua percikan lagu ini disusunkan suatu pola melingkar yang tak berujung pangkal, maka keharuman melati ini tak akan habis. Karena jika melati memudar harumnya, keharuman itu akan digantikan melati-melati yang lain dari pucuk-pucuk melati di satu pohon itu sendiri dan juga pohon lain dimana tumbuh pada nan subur di tanah ini. Wow!
Lupakan sejenak kejadian-kejadian yang sedang marak tayang di media. Tentang keributan, kemunafikan, perselisihan, KKN, persaingan tidak sehat, kerusakan alam akibat perbuatan manusia yang tak jarang memunculkan aura negatif pada hari-hari kita tentang tanah ini. Lalu disusul dengan keluhan yang panjang, cibiran, dan penyesalan yang pada akhirnya mematikan aksi kita untuk ‘berbuat sesuatu’ untuk negeri ini dengan potensi-potensi yang kita (sebenarnya) miliki.
Salah satu potensinya yang sangat menonjol pada Indonesia adalah potensi alam-lingkungannya, terutama untuk sektor kepariwisataan yang bisa menjadi nilai jual tinggi di dunia internasional. Dalam dunia pariwisata nasional bahkan internasional, ‘gaung’ tentang keindahan Indonesia hanya menunjuk daerah-daerah tertentu saja. Bahkan tak aneh bila wisatawan dari mancanegara tak pernah mengira bahwa Indonesia tak hanya…..(Menyebutkan suatu daerah tertentu yang sangat masyur dalam dunia pariwisata internasional). Betapa ada rasa yang mengganjal dalam hati saat kita mengetahui, apa-apa yang mereka tahu dan alami tentang Indonesia hanya sebagian kecil. Padahal masih banyak tempat-tempat di Indonesia yang tak kalah menariknya, terlebih dengan keperawanan alamnya juga keeksotisan adat budayanya.
Banyak sebenarnya masyarakat Indonesia yang mengetahui bahwa tanahnya sangatlah indah. Namun sebagian besar mereka pula hanya mengamini, lalu bersikap seolah olah “Ya sudahlah Nusantara memang indah”, tanpa mengenal lebih dalam untuk lebih menyayangi bahkan mencintai sebagai bagian dari jiwanya.

Mencintai Nusantara, memang terdengar klise. Namun jika kita menarik esensi cinta dari ungkapan  dalam suatu lagu “Love will make you see….”(Moi et Toi-Anda Perdana&Mian Meuthia)”. Maka cinta kita  akan membuat kita mengerti, bahwa dialah (dalam hal ini Nusantara) 'penaung sejati' sebagai rumah paling nyaman dengan segala kelebihan dan ketidaksempurnaannya. Kita mungkin banyak yang belum mengerti dan merasakan bukti dari hal tersebut. Namun biasanya, seseorang akan benar mengerti setelah ia berada di 'negeri orang' sebagaimanapun maju dan makmurnya negara tersebut. Nusantara tetap akan menjadi rumah sejati yang dicintai.



Berikut gambar potongan-potongan alam Nusa yang bicara
  Gambar1. Gili Trawangan Lombok (2008)

 
 
Gambar 2. danau Batur Bali 

                                                                   Gambar 3. Danau  Kelimutu, NTT
Gambar 4 Gunung Bromo, Jatim

Salam Bhinneka-Mae Staccato